Page 25 - Ebook Anugerah Pewarta Foto BPJS Ketenagakerjaan 2024
P. 25
alam itu, suasana Dusun Glagah peduli terhadap eksistensi Topeng Malangan.
Dowo, Tumpang, Kota Malang, Namun, ia mengungkapkan sebuah kegelisahan
M berubah menjadi meriah. Jalan-jalan yang cukup mendalam.
kampung yang biasanya lengang mendadak “Untuk mempertahankan dan melestarikan
dipenuhi pedagang kaki lima dan warga yang budaya ini butuh kerja bersama. Terlebih lagi,
antusias menantikan pagelaran Topeng Wayang tantangan terbesar saat ini adalah menarik minat
Brang Wetan Gumregah. Pertunjukan ini digelar generasi muda. Banyak dari mereka kurang peduli
sebagai wujud silaturahmi antar desa, mengusung atau merasa Topeng Malangan sudah tidak relevan
semangat kebersamaan dalam satu panggung dengan zaman. Ini menjadi PR bersama untuk
yang menghadirkan seni, tradisi, dan rasa syukur. kita semua,” kata Nasai dengan nada prihatin.
Namun, ada hal yang istimewa pada malam Kondisi ini bukan hal baru bagi dunia seni tradisional.
itu. Pagelaran wayang topeng tidak hanya Di tengah derasnya arus globalisasi, banyak
dimainkan oleh para penggiat seni muda, melainkan generasi muda yang lebih tertarik pada budaya
diperankan langsung oleh para sesepuh desa. populer dibandingkan warisan lokal. Seni Topeng
Para senior ini tampil dengan penuh dedikasi, Malangan, yang dahulu menjadi hiburan utama
membawakan tarian dan lakon sebagai bentuk masyarakat sekaligus medium untuk me nyampai-
rasa syukur atas warisan leluhur serta penghormatan k an nilai-nilai luhur, kini seringkali terpinggirkan.
kepada seni yang telah diwariskan selama Meski demikian, optimisme masih menyala.
berabad-abad. Salah satu tokoh utama malam Upaya untuk melibatkan anak-anak muda terus
itu adalah Ki Soleh Adi Pramono, sesepuh sekali- dilakukan melalui lokakarya, festival, hingga
gus pemilik padepokan seni di Tumpang. “Ini kolaborasi dengan seni modern. Beberapa
bentuk syukur kami dan dulur-dulur semua atas komunitas di Malang juga aktif mempromosikan
dedikasi yang telah ditularkan oleh leluhur kepada Topeng Malangan melalui media sosial, berharap
generasi penerus seperti kami,” ujar Ki Soleh. seni ini tetap hidup di tengah perubahan zaman.
Pagelaran malam itu mengangkat cerita Malam itu tidak hanya menjadi panggung
klasik tentang perjalanan seorang pangeran seni, tetapi juga panggung harapan. Para sesepuh
dari Kerajaan Jenggala (Kahuripan) yang bertemu menari dengan penuh semangat, seakan ingin
dengan seorang putri dari Kerajaan Kediri (Daha). menunjukkan bahwa seni ini masih relevan,
Kisah ini tidak hanya merefleksikan nilai-nilai masih hidup, dan masih layak untuk dijaga. Di
kehidupan sehari-hari tetapi juga menggambarkan bawah gemerlap lampu dan diiringi musik
harmoni, perjuangan, dan cinta yang menjadi gamelan yang mengalun syahdu, pesan leluhur
inti dari filosofi budaya Jawa. tersampaikan: seni adalah warisan jiwa, dan
Di sela-sela acara, saya berbincang dengan tugas generasi kini adalah merawatnya agar
Mas Nasai, seorang penggiat seni yang begitu tetap lestari, melampaui batas waktu dan zaman.
Anugerah Perwata Foto BPJS Ketenagakerjaan 2024 21

